Gosip Atau Ghibah
Gosip yang berasal dari bahasa inggris dari kata gossip
artinya gunjing, kabar angin, buah mulut. Jadi bentuk kata kerjanya “Ngegosip”
yang berarti menggunjing, atau menyebarkan kabar angin. Yakni suatu aktivitas
menyebarkan atau menceritakan sesuatu yang ada pada diri seseorang (biasanya
sesuatu yang jelek/rahasia) kepada orang lain, ketika seseorang tadi itu tidak
ada dalam forum yang sama.
Dan ternyata sejak berabad-abad yang lalu pun Rosulullah
telah mengatakan ada aktivitas semacam ngeghosip ini yang namanya ghibah.
Rosulullah saw bersabda:
“Tahukah kalian apakah ghibah itu?, para
sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih tahu” Lalu beliau melanjutkan
“Yaitu kamu menyebut saudaramu dengan hal-hal yang ia tidak suka untuk disebut”
lalu seseorang bertanya “ Bagaimana pendapatmu bila apa yang aku katakan itu
ada pada diri saudaraku yang aku ceritakan? Beliau menjawab “ Bila apa yang
kamu ceritakan itu ada pada diri saudaramu, maka kamu telah melakukan ghibah
terhadapnya. Dan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada pada diri saudaramu,
berarti kamu telah mengada-ada tentangnya (menfitnahnya)” (H.R
Muslim]
Dan kalau kita lihat ghibah ini banyak
macemnya, yaitu:
Ghibah tentang jasad seseorang, Ghibah tentang nasab
seseorang , Ghibah tentang menganggap rendah pekerjaan seseorang (padahal halal
dan dia tetap orang yang beriman), Ghibah tentang akhlaq seseorang,
Ghibah tentang hal-hal yang terkait dengan persoalan agama seseorang, dan
Ghibah berkaitan dengan yang dipakai seseorang
Hukum Ghibah Dalam Islam
Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang
kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Q.S Al
Israa[17]:36)
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di
dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (malaikan Raqib dan Atid)” (Q.S
Qaaf[50]:18)
Lebih spesifik lagi Allah Berfirman dalam
Surat yang lain:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu
dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan
satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.” (Q.S Al
Hujuraat[49]: 12)
Rasulullah SAW bersabda:
“Ketika saya di Mi’rajkan saya telah
melihat suatu kaum yang berkuku tembaga digunakan untuk mencakar muka dan dada
mereka sendiri, maka saya bertanya kepada Jibril: Siapakah mereka itu?
Jawabnya: Mereka yang makan daging orang dan mencela kehormatan orang (yakni
Ghibah)” (H.R Abu Dawud dari Anas ra.)
“Barang siapa beriman kepada Allah dan
hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau (kalau tidak) hendaklah ia
diam” (Mutafaq’alaih)
Orang yang bermuka dua, yang mengadu domba orang lain
Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Nabi
SAW berkata: Kelak dihari kiamat, disisi Allah, Engkau akan mendapati orang
yang bermuka dua diantara orang-orang yang berbuat keji itu, yang mendatangi
satu golongan orang dengan satu wajah dan mendatangi satu golongan yang lainnya
dengan wajah yang lain pula” (HR Muslim dan Abu Dawud)
Dari beberapa dalil diatas jadi jelaslah bahwa aktivitas
ghibah secara umum dilarang dalam Islam, dan hukumnya adalah Haram. Hal ini
kita ketahui dari adanya celaan dan Ancaman Allah terhadap pelaku ghibah
tersebut. Begitu juga halnya ketika kita hanya sebagai pendengar setia saja.
Karena diamnya kita disitu berarti kita juga setuju dan mendukung akan
aktivitas ghibah tersebut. Yang harus kita lakukan ketika kita tahu bahwasannya
ghibah itu haram, seharusnya kita mengingatkan saudara kita yang sedang khilaf
tersebut dan bukannnya malah nimbrung dan bikin suasana tambah panas .
Rasulullah bersabda:
“Barang siapa mencegah ghibah yang menyinggung kehormatan
saudaranya, maka Allah akan membebaskannya dari neraka” (H.R
Imam Ahmad)
“Barang siapa mencegah ghibah yang dilakukan oleh saudaranya,
maka Allah akan mencegahnya dari neraka pada hari kiamat” (H.R At
Tirmidzi)
Dan kalau memang Orang yang kita peringati tersebut tidak
mau menerima, maka jangan segan-segan untuk meninggalkan forum tersebut. Allah
SWT berfirman:
“Dan apabila kamu melihat orang-orang
memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka
membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan
larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu
sesudah teringat (akan larangan itu).” (Q.S Al An’am[6]: 68)
Ghibah Yang di Perbolehkan
Meskipun Ghibah itu haram, namun ada pengkhususan. Ada
beberapa ghibah yang diperbolehkan, antara lain:
Minta pertolongan untuk
mengubah kemungkaran dengan cara menceritakan kepada seseorang yang dirasa
mampu merubahnya agar jadi kebenaran. Misalkan, Ada seorang anak yang terkena
narkoba, maka kita boleh menceritakan kepada orang tua anak tersebut agar bisa
memberhentikan pemakaian narkobanya.
Orang yang didzalimi
boleh menceritakan kepada Seorang Hakim tentang kedzaliman seseorang tersebut,
bisa juga tentang pengkhianatan atau uang suap yang dilakukan orang tersebut.
Cerita kepada Mufti
(ahli hukum) untuk meminta fatwa. Misalkan seorang istri yang menceritakan
suaminya yang super bakhil sampai menelantarkan keluarganya, maka sang istri
tersebut mengambil harta suaminya secara diam-diam. Hal ini seperti yang
dilakukan oleh Hindun binti Utbah yang berkata kepada Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya Abu Sofyan
adalah seseorang yang kikir, dan tidak memberi cukup belanja untukku dan
anak-anakku kecuali jika saya mengambil diluar tahunya. Jawab Nabi saw:
Ambillah secukupmu dan anak-anakmu dengan tidak berlebihan
(sederhana)” (H.R Bukhari Muslim)
Memperingatkan kaum
muslimin dari kejahatan seseorang, soalnya dikhawatirka akan menimpa kaum
muslimin. Misalkan kita tahu bahwasannya Laknatullah Bush, Howard, Blair itu
ternyata seorang Musuh Islam sejati. So kita bisa menjelaskan kepada umat
tentang kejelakan dan konspiransi yang mereka ciptakan terhadap kaum
muslimim. Tidak berdosa kalau kita menceritakan seseorang yang
terang-terangan berbuat fasik/dosa.
Sistem Sekarang Berperan dan Mendukung
Program “Ayo Nggosip!”
Kita bisa melihat tayangan-tayangan TV Indonesia dan
majalah-majalah yang ada, gosip saat ini sudah dijadikan lahan komersiel. Cek
and ricek, Kiss, belum lagi majalah Nyata, Bintang, X-File dll. Sehingga saat
ini ngomongin orang sudah menjadi hal yang biasa.
Meski sepertinya masalah gosip ini hal yang remeh, tapi ini
bener-bener menjadi contoh nyata bagi kita betapa peraturan yang diberlakukan
kepada masyarakat dengan negara sebagai penjamin terlaksananya peraturan tadi
itu sangatlah berperan penting dalam mendidik masyarakat menjadi model
masyarakat yang gimana.
Bagaimana Seharusnya Kaum Muslimin?
Sebagaimana disebutkan dalam banyak Nash, harusnya kaum
muslimin itu saling membantu dan saling berkasih sayang. Bukannya saling
membuka Aib dan saling mencaci maki.
Kaum muslimin tidak
boleh cuek dan egois, dia
harus punya empati dengan saudaranya yang lain:
“Barang siapa yang bangun dipagi hari dan
ia hanya memikirkan masalah dunianya, maka orang tersebut tidak berguna apa-apa
disisi Allah, dan barang siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum muslimin,
maka ia tidaklah termasuk golongan mereka (kaum muslimin)” (HR
Thabari dan Abu Dzar Al Ghiffari)
Kaum muslimin harus
menghormati hak orang lain dan tidak menyakiti hatinya,
“Demi Allah tidak beriman. Demi Allah
tidak beriman. Demi Allah tidak beriman. Seseorang bertanya, ‘Siapa lagi
Rosulullah?’ Rasulullah menjawab: ‘Orang yang tetangganya merasa terganggu
dengan ulahnya’” (HR Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Orang muslim itu
bersaudara, dia akan mencintai saudaranya seperti dirinya sendiri,
”Orang muslim itu saudara muslim lainnya,
tidak mendzaliminya dan tidak membiarkannya. Dan barang siapa yang mencukupi
kebutuhan saudaranya maka Allah akan mencukupkan kebutuhannya pula, dan barang
siapa yang meringankan beban kesedihan orang muslim maka Allah akan meringankan
beban kesedihannya dihari kiamat. Dan barang siapa menutupi (aib) seorang
muslim maka Allah akan menutupinya (aibnya) kelak pada hari kiamat” (HR
Bukhari, Muslim, Abu Daud, An-Nasay dan At-Tirmidzi) At Tirmidzi mengatakan
hadits ini hasan shahih.
Orang Muslim itu saling
tolong menolong,
“Orang mukmin itu bagi
orang mukmin lainnya seperti sebuah bangunan yang saling memperkokoh lainnya”
Kemudian Rasulullah mengenyamkan jari jemarinya (HR
Bukhari dan At Tirmidzi)
----------------------------------------
Reference:
Buku penjelasan Hadits,
“Adabun Nabi” karya Abdul Qadir Ahmad ‘Atha’
Terjemah digital
AlQur’an
0 comments:
Post a Comment
Silahkan tulis komentar sahabat... mohon untuk tidak menyertakan link aktif karena akan otomatis terhapus